Blogger Widgets
Blogger Templates

Minggu, 23 Juni 2013

http://www.merdeka.com/otomotif/aplikasi-kelistrikan-motor-balap.html
Sepeda motor bisa hidup bukan cuma hal mekanis aja yang perlu diperhatikan, tapi juga kelistrikannya, kalau nggak ada setrum, maka dijamin deh tuh motor kagak bakalan hidup.Kelistrikan yang perlu diperhatikan diantaranya skema pengapian CDI.

Skemanya seperti di bawah ini :
1.Buat motor dengan pengapian arus AC (bolak-balik) :
Rangkaian kabel dari sepul ada empat kabel, yaitu hijau, hitam-merah, kuning dan putih. Kabel hijau untuk massa lampu netral. Kabel hitam-merah untuk positif CDI. Kabel kuning dan putih untuk kiprok/regulator (alat untuk pengisian aki dan lampu utama)
2.Buat motor dengan pengapian arus DC (searah) :
Rangkaian kabel dari sepul magnet ada dua kabel, yaitu hijau dan hitam-merah. kabel hijau untuk massa lampu netral. Kabel hitam-merah buat regulator, tujuannya agar arus yang dialirkan stabil, lalu disimpan aki terus dilanjutkan ke CDI.
http://www.matabumi.com/cerita/cara-merangkai-kabel-pengapian-cdi
Pada motor bersistem pengapian DC, aki berperan penting dalam membagi arus listrik ke CDI (juga ke perangkat kelistrikan lain, seperti lampu). Nah buat menunjang kerjanya, penyimpan arus dari sepul ini dibantu kiprok. “Jadi fungsi kiprok itu sendiri, penyearah arus listrik yang datang dari sepul ke aki,” kata Kiki Goestiawan, mekanik Joery Motor Sport di Kebon Jeruk, Jakbar.

Karena dibagi-bagi, membuat arus listrik dari aki yang harusnya masuk ke pengapian terkadang jadi kurang stabil. Akibatnya tentu pulsa listrik yang dikirim dari CDI ke koil terus lanjut ke busi jadi sedikit menurun. “Di kalangan pembesut Yamaha Scorpio, penurunan tersebut dicarikan solusi dengan menggabungkan 2 buah kiprok secara pararel,” lanjut pria ramah ini. “Hasil penggabungan itu diakui berefek pada kinerja mesin, jadi lebih bertenaga!”

Ah yang bener? Ketimbang penasaran, kita coba buktikan yuk... Alat peraganya Honda CS-1 yang juga pakai sistem pengapian DC. Metode pembuktiannya dengan cara membandingkan performa CS-1 yang hanya memakai kiprok tunggal dengan yang sudah dual kiprok. Alat ukurnya pakai Racelogic tipe performance box, dengan joki Mr. Testo berbobot 60 kg.

Dari masing-masing 3 kali run didapat data, saat pakai single kiprok, CS-1 mencatatkan angka 5,59 dtk buat berakselerasi 0-60 km/jam dan saat pakai dual kiprok, catatannya 5,3 dtk (baca tabel). Sementara saat jarak tempuh dipakai sebagai tolak ukur (0-100 m), dengan single kiprok mampu menembus 7,54 dtk (double kiprok 8,2 dtk).

Kesimpulan
Dengan menggunakan dual kiprok, maka pengisian listrik ke aki jadi lebih cepat. Secara otomatis itu akan berpengaruh konstannya pulsa api yang diletikkan busi. Nah akibatnya pengapian bisa lebih sempurna. Namun hal tersebut hanya berlaku pada saat mesin berakselerasi di putaran bawah. Pada saat mesin CS-1 standar pabrik berakselerasi di putaran atas, pengaruh dual kiproknya jadi kurang berasa.

Data Tes Racelogic
                               Single Kiprok           Dobel kiprok
  0–60 km/jam             05,59 dtk               05,3 dtk
  0–80 km/jam             08,48 dtk               09,2 dtk
  0–100 m                   07,54 dtk              08,2 dtk
  0–201 m                   12,28 dtk              12,4 dtk

Penulis : Okta (OTOMOTIF)

tria:
Siape yang udeh pasang di bohai nich??? :aih:....mau dong mengikuti jejak nya... :malu:
Greyhound:
Utk busi mungkin bagus jg tuch...bisa memberikan pengapian yg lumayan gede.
Tp kalo utk aki, bakal overload gak tuch...??
Dagienk:
jadi klo di aplikasikan ke karisma gmn om????
klo u/ cs1 kan cuma putaran bawah aja nie yg berpengaruh.....sedangkan putaran di atas krng

ada penjelasan laen ga????
biar tarikan dan akselerasi bohay makin yahud :malu:
darmo_susilo:
Mau nyoba gak pasang di bohai ? ntar kita sama-sama ajah kesana ...  :udut: masalahnya gwe juga belom tau efek apa yang timbul kalo dipasang di bohai ...  :mi
Cara kerja sistem pengapian CDI-AC

Pada saat magnet berputar akan menghasilkan tegangan AC dalam bentuk induksi listrik yang berasal dari kumparan atau biasa di sebut spool. Arus listrik akan dikirimkan ke CDI dengan tegangan antara 100-400volt, tergantung putaran mesin.

Selanjutnya arus bolak-balik (AC) yang berasal kumparan di jadikan arus searah (DC) oleh diode dan disimpan di kapasitor pada CDI unit.

Kapasitor tidak akan melepas arus sebelum komponen yang bertugas menjadi pintu (SCR) bekerja. Bekerjanya SCR apabila telah mendapatkan sinyal pulsa dari kumparan/pulser CDI (Pulse generator)yang menandakan saatnya pengapian.

Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan kapasitor melepaskan arus (discharge) dengan cepat. Kemudian arus mengalir ke kumparan primer koil pengapian dengan tegangan 100-400volt, kemudian terjadi induksi dalam kumparan sekunder dengan tegangan sebesar 15 KV sampai 20 KV. Tegangan tinggi tersebut selanjutnya mengalir ke busi dalam bentuk loncatan bunga api yang akan membakar campuran bensin dan udara dalam ruang bakar.

Pemajuan saat pengapian terjadi secara otomatis yaitu saat pengapian dimajukan bersama dengan bertambahnya tegangan pulser (pulse generator) akibat kecepatan putaran mesin motor.

Cara kerja sistem pengapian CDI-DC

Sistem pengapian CDI-DC hampir sama cara kerjanya dengan sistem pengapian CDI-AC, cuma pada sistem pengapian CDI-DC tegangan sumbernya berasal dari bateray atau AKI (accu), bateray memberikan suplai tegangan 12V ke sebuah inverter (bagian dari unit CDI). Kemudian inverter akan menaikkan tegangan menjadi sekitar 350V. Tegangan 350V ini selanjutnya akan mengisi kondensor/kapasitor. Dan arus baru akan dilepaskan ke koil jika telah ada perintah dari pulser CDI.

Keunggulan dari CDI-DC adalah tegangan sumbernya stabil karena berasal dari baterai (aki), berbeda dengan pengapian sistem CDI-AC yang tegangannya naik turun ikut putaran mesin. Untuk motor SUZUKI di Indonesia, yang memakai CDI-DC pertama kali adalah SHOGUN FD110

0 komentar:

Posting Komentar